Quantcast
Channel: >> Halaman Samping
Viewing all 393 articles
Browse latest View live

Persawahan merangkul kampung

$
0
0


Dari ketinggian baling-baling besi yang membawa kami dari Sidoarjo, Surabaya menuju Tuban, melewati Gresik dan Lamongan berbulan silam, sepanjang perjalanan penuh pemandangan sawah, ladang dan perkampungan penduduk.

Lalu mendaras doa, semoga tanaman subur, panen melimpah dan tata niaga hasil pertanian berpihak pada saudara-saudara kita para petani. aamiin :) .

Eh kok saya tiba-tiba membayangkan mungkin seperti inilah Tegal Centong-nya Mif dan Fauzia dalam novel 'Kambing dan Hujan' karya Mahfud Ikhwan he-he-he :). Lalu terbayang pula masjid utara dan selatan :)

#wonderfulindonesia #eastjava #surabaya #lamongan #tuban #wanderlust #ricefield #travelphotography #aerial #altitude #helicopter #jawatimur #sawah

Kambing dan Hujan. Tentang cinta dan NU - Muhammadiyah :)

$
0
0


Ini novel, roman tentang cinta anak muda, masa lalu yang menyesakkan dan pergulatan NU-Muhammadiyah di sebuah desa Jawa Timur yang diberi nama kisah, Tegal Centong.

Sudah lama saya tidak membaca novel, terakhir membolak-balik halaman karya sastra jenis ini ialah pertengahan 2015, "Anak-anak Revolusi"-nya Budiman Sudjatmiko.

Novel berikutnya ialah karya Mahfud Ikhwan ini yaitu "Kambing dan Hujan". Saya membacanya dengan bangga, pertama karena novel ini adalah pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2014. Kedua, karena penulis adalah kawan saya di komunitas persma UGM, sedikit beda angkatan. Juga di media yang bertetangga, dia di Balairung, saya di Bulaksumur. Hehehe :)

Membaca novel ini, saya seperti tersedot di dalam alurnya. Yeahhh tentang dua anak muda yang bertaut cinta dan ingin menikah. Miftah Abrar dan Nurul Fauzia. Yang lelaki alumni jurusan sejarah dari perguruan tinggi di Jogja, si perempuan lulusan Fakultas Adab, kuliahnya di Surabaya.

Sayang, perbedaan paham agama yang dibalut pula dengan beda masjid, yang disebut Mahfud sebagai Masjid Utara (Muhammadiyah) dan Selatan (NU - Nahdlatul Ulama) menjadi penghalang dan sekaligus menggerakkan cerita menjadi berdenyut dan menghentak.


Sepanjang cerita, terus terang saya juga merasakan takut dan was-was, bagaimana jika hubungan mereka pupus dan gagal menikah.

Asemmm tenan. Di tengah cerita misalnya, ketika keluarga Fauzia kedatangan tamu seorang pengusaha dan politisi muda atau juga saat Pak Nashrullah bertamu ke keluarga Miftah untuk 'menjodohkan' putrinya.

Saya sempat khawatir, syukurlah Mahfud tidak memanjang-manjangkan drama ini :)

Semua memang berakhir happy ending. Namun tuturannya tidak datar. Saya suka ini.

Yang lebih saya sukai ialah momen pertemuan Pak Iskandar dan Pak Fauzan di rumah Pakdhe War. Dialognya mengalir deras, cepat dan 'nyata'.

Saya sempat merutuki dialog itu (hal 343-346). Saya merutukinya lantaran mengapresiasi jeniusnya Mahfud mengemasnya, juga (ini yang sebenarnya) karena saya lega kekhawatiran sepanjang membaca roman tidak terjadi.

KOPI
Ada beberapa kutipan yang bagi saya terbilang mengena. Seperti 'jangan menyuguhkan kopi dengan menyiramkan ke muka.' (Hal 167 dan ditegaskan lagi di hal 178).

Itu merupakan kiasan bahwa memberi nasehat pun mesti dilakukan dengan empati. 'Bukankah sebaik-baiknya nasehat adalah nasehat yang disampaikan dengan baik pula.'

Pada halaman lain juga dikatakan 'cara kadang tidak kalah pentingnya dengan tujuan' (hal 166).

PERSETERUAN dan DRUMBAND
Soal persaingan NU dan Muhammadiyah juga disajikan menarik. Alih-alih bergaya orasi dan jualan satu sama lain, Mahfud menuturkan perbedaan keduanya dengan lincah dan ringan.

Semua ikon perbedaan dituturkan dengan jenaka. Saya pun seperti diingatkan kembali pada olok-olokan khas seperti diucapkan kawan di kampung dan antar aktivis kampus.

Begitu pula tentang shalat subuh dengan qunut dan tanpa qunut, bacaan niat shalat, juga puasa, tahiyyat (kalau saya tidak keliru hehehe), tahlilan, shalawatan, kenduri, ziarah kubur, adzan dua kali saat shalat Jumat dll.

Ada pula tentang keberadaan bedug dan tongkat untuk khotib di masjid. Juga soal 'dikit-dikit bid'ah, dikit-dikit bid'ah' dan 'pendangkalan serta pembelokan akidah'.

Saya juga ngakak ketika olokan sampai juga pada sindiran menyoal sekolah di lingkungan paham yang berbeda itu: 'jangan sampai jadi murid yang tidak bisa berhitung dan lemah dalam ilmu pasti'. Yang lalu dibalas: 'jangan mau kalau bisanya cuma drumband'. Wkwkwkwkkkk... :D

RAMADHAN dan LEBARAN
Seperti yang saya ketahui dan rasakan, ikon perbedaan NU dan Muhammadiyah lainnya dan sekaligus menjadi hal klasik (dan berulang) ialah penentuan 1 Syawal sebagai penentu dari hari raya idul fitri dan sekaligus hari terakhir puasa, plus tarawih terakhir.

Sebagai ikon 'utama', soal lebaran ini ditempatkan dengan pintar sebagai alur cerita di ujung-ujung roman, mulai bab III hal 229. Kembali lagi hangatnya perbincangan penentuan  1 Syawal apakah dengan hisab Muhammadiyah) dan rukyat (NU) mengemuka.

Kegalauan perbedaan 1 Syawal juga dipoles secara personal. Ada kejujuran yang terpendam bahwa sebenarnya kedua 'kubu' lebih menyukai jika Lebaran jatuh pada hari yang sama.

Tentu sejuk kan jika gemuruh takbir yang meramaikan langit desa dikumandangkan sejak maghrib yang sama. Tak ada satu merayakan lebaran sedangkan saudaranya masih puasa. Tak ada sindiran haram karena masih berpuasa di hari raya.

Novel ini, roman terbitan Bentang Pustaka Yogyakarta ini, saya bayangkan memang cocok dibaca di bulan Ramadhan. Ada nuansa yang pas, atmosfer yang teduh dan hisapan cerita yang menjerat kita untuk terus dan terus meniti tiap kata tiap jengkal kalimat.

Saya sendiri merampungkan 373 halamannya dalam 3 hari. Awalnya mengira akan selesai selama sepekan dan menargetkan paling cepat dalam empat hari. Alhamdulillah, ternyata lebih lekas lagi :)

Nah, Anda ingin teman bacaan sastra yang cerdas, menghibur, membuka wawasan, pikiran terbuka, ringan tapi tidak enteng-enteng belaka?

Yang bisa membuat dada berdegub, merasakan sesak oleh himpitan cinta dan harapan yang digantung? Juga cerita yang nyaris membuat menangis dan sekaligus terbahak? Roman ini dapat menjadi sahabat Anda :)

#kambingdanhujan #roman #novel

Catatan: roman ini juga menjadi koleksi perpustakaan rumah kami, semoga kelak anak kami juga membaca-menikmati hasil karya kawan Ayahnya, aamiin :)




Bekal traveling: 15 obat andalan

$
0
0


Salah satu bekal wajib yang mesti dibawa ketika melakukan perjalanan adalah obat-obatan.

Lantas bagaimana menentukan jenis obat?  Simple saja, yaitu: obat yang biasa kita konsumsi.

Selain itu, bawa pula obat yang jarang kita minum namun tetap penting sebagai antisipasi. Untuk saya, jenis obat ini ialah obat untuk gangguan pencernaan dan alergi.

Lho kok pencernaan dan alergi? Apakah saya pernah mengalami dua masalah ini? Alhamdulillah belum dan tidak pernah.

Namun, spirit saya adalah antisipasi. Ini berangkat dari pemikiran bahwa kendala pencernaan (lugasnya saya sebut saja diare/mencret) tentu merepotkan di kala jauh dari rumah.

Tidak hanya saat jalan-jalan, ketika di rumah atau di tempat kerja pun, ketika sakit perut maka kita sangat was-was. Kalau meleduk pas lagi meeting atau ketemu pelanggan??? #jackpot #amsyong

Begitu juga dengan alergi. Perubahan lingkungan, cuaca, jenis makanan-minuman di tempat yang dikunjungi dan penurunan daya tahan karena perjalanan jauh, juga berpotensi kita terkena alergi.

Di luar itu adalah obat-obatan yang biasa kita konsumsi. Istilahnya: obat harian, seperti sakit kepala, masuk angin, dan flu.

Nah inilah obat yang lazim saya bawa, baik ketika keluyuran ke lekuk-lekuk cantik Indonesia maupun saat ke negeri seberang nan jauh.

Urut dari kiri ke kanan:
1. Tolak Angin
2. Bodrex Extra
3. Bodrex Migra
4. Puyer 16
5. Decolgen
6. Fatigon putih (untuk capek)
7. Vegeta (memperlancar BAB, begah)
8. Promaag
9. Sangobion
10. Cheng Sie Lung (obat sariawan)
11. Fresh Care
12. Balsem Lang
13. CTM (obat alergi)
14. Lopamid (obat diare)
15. Hansaplast / plester


BODREX DI JEPANG

Salah satu pengalaman bagaimana bermanfaatnya membawa obat ialah saat di Jepang. Ketika acara kantor selesai, masih di lokasi pekerjaan, tiba-tiba sakit kepala menerjang. Nyeri yang hebat terasa mencengkeram tengkuk dan kepala belakang. Leher terasa kaku. Kepala seolah dihimpit penjepit raksasa.

Untung agenda acara hari itu telah selesai. Di mobil sepanjang jalan hingga menjelang masuk ke hotel, saya terus menyandarkan kepala.

Di kamar, air dalam botol segera dijerang di water-jug untuk membuat teh hangat. Kantong obat warna hijau pun segera saya bongkar, satu biji tablet Bodrex Extra segera meluncur di tenggorokan.

Sambil istirahat dan menyempatkan mandi air panas, 20 menit kemudian nyeri sakit kepala mulai mereda yang mengantar saya tidur malam.

Paginya, saya bangun dengan segar bugar. Turun ke restoran hotel untuk sarapan dan tentu saja ngopi :)

Jelajah Morowali, Sulawesi. Jalur Darat dan Udara.

$
0
0
Matahari terbit di site SMI, Morowali

Peta lokasi Morowali


Salah satu pulau cantik negeri adalah Sulawesi atau dikenal juga dengan nama Celebes. Saya jatuh cinta dengan pulau ini dan ingin suatu ketika bisa menyusuri beberapa penggal jalur daratnya.

Keinginan saya itu mulai muncul semenjak kecil ketika membaca (almarhum) majalah Jakarta-Jakarta. Waktu itu salah satu artikelnya berupa esai-foto tentang ekspedisi mobil offroad menembus Trans Sulawesi.

Berpuluh tahun kemudian, mimpi saya kesampaian juga. Berangkat dari Ibukota Sulawesi Tenggara, Kendari dengan tujuan Kawasan Industri PT Sulawesi Mining Investment (SMI) di desa Fatufia, pesisir Bahodopi, Morowali di Sulawesi Tengah. 

Acaranya ialah peresmian pabrik pemurnian dan pengolahan nikelyang bakal dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo dan turut dihadiri Menteri Perindustrian Saleh Husin.

Let's go!
Titik perbatasan Sulteng-Sultra



Tugu/patok perbatasan

Kehangatan anggota TNI. Api unggun sudah dipastikan mati dan tidak meninggalkan bara sebelum kami melanjutkan perjalanan.

Foto dulu dengan para penjaga NKRI. #hormat


Meski tidak seganas perjalanan tim ekspedisi di majalah tersebut, tetapi jalur jalan yang kami lalui masih berupa tanah yang diperkeras. Pajero 4x4 kami kadang mesti berjalan merayap.

Salah satu puncak perjalanan ialah ketika kami mencapai titip perbatasan Provinsi Sultra dan Sulteng. Lokasinya di tengah hutan. Bersama kami ialah rombongan anggota TNI AD yang juga menuju lokasi yang sama dengan kami.

Liukan jalan dataran tinggi sejak di perut Sultra melewati perkampungan, perkebunan, hingga pegunungan. Beberapa kali melintasi pemukiman lalu kembali masuk ke rimba belantara.

Setelah delapan jam terguncang-guncang, sampailah kami di PT SMI. Ini kawasan industri terpadu yang mengolah nikel menjadi stainless steel. Pabrik ini berdiri untuk meningkatkan nilai tambah nikel.

Hitungannya, harga bahan mentah nikel USD 30 per metrik ton. Jika diolah menjadi bahan setengah jadi (pig iron) maka harga jualnya melejit 40 kali hingga menjadi USD 1.300 per metrik ton. Apalagi jika diolah menjadi barang jadi harganya USD 2.800 per metrik ton atau lebih 70 kali dibanding ketika hanya bahan mentah.

Artikel beritanya ada di sini 

SUNRISE
Setelah bermalam satu hari, paginya saya sempatkan jalan-jalan di sekitar tempat menginap, masih di lokasi utama.

Beruntunglah momen sunrise saya nikmati sedari belum terbit hingga merekah. Sebelum sarapan, berfoto dulu dengan helikopter Bell 249 warna silver. Menurut petinggi SMI, inilah tipe heli Bell tertinggi. Daya jelajah jauh dan mampu terbang malam.

Pesawat udara berbaling-baling inilah yang mengantar saya kembali ke Kendari menjelang siang he-he-he. #pamer :D

Nah jika dengan jalur darat, waktu tempuhnya 8 jam, bahkan rombongan di belakang saya sampai 9 jam, dengan helikopter hanya 45 menit J

Selama perjalanan udara, saya manfaatkan kesempatan emas untuk memaksimalkan kamera DSLR Canon D700 dan Blackberry.

Lanskap pesisir dan jajaran pulau-pulau terekam di memory card. Ketika melintasi pemukiman nelayan, saya menarik napas panjang… seolah saya dapat merasakan aura kerja keras saudara-saudara kita mengarungi laut, berteman dengan dalamnya perairan serta ganasnya ombak. Semoga hasil laut senantiasa melimpah, aamiin J

Salam jelajah Sulawesi

Inung Gunarba, 28-29 Mei 2015

Siap ngojek Helicopter Bell 249 :)

My shadow and Helicopter Bell 249

Take off :)

Gugusan pulau Sulawesi Tengah - Tenggara

Kampung nelayan pesisir timur Sulawesi

Kampung nelayan pesisir timur Sulawesi

Persawahan Sulawesi Tengah - Sulawesi Tenggara

Sabana dekat bandara di Kendari - Sulawesi Tenggara

Lari dengan hydrobag, perlu persiapan apa saja?

$
0
0


Pemenuhan kebutuhan hidrasi (sederhananya: air minum) saat berlari sangat penting dan wajib. Intensitas lari terutama jarak jauh sangat menguras energi, stamina dan cairan tubuh.

Pada event lari misalnya, standar penyediaan water station adalah tiap 2,5 km. Dari sini saja menunjukkan dengan gamblang bahwa hidrasi sangat diperhatikan.

Oleh karena itu, penyuka lari juga mesti menyiapkan bekal air. Salah satu caranya ialah dengan membawa hydroback, sering juga disebut hydropack.

Wujudnya tas punggung dengan desain compact, dilengkapi beberapa kantung untuk membawa kelengkapan lain seperti snack/nutrisi gel, HP, uang, kunci dll.

Saya sendiri juga memiliki hydrobag walaupun tidak selalu saya pakai tiap latihan. Jika hanya berlari jarak 5 km ke bawah dengan estimasi waktu tempuh 30-40 menit, saya tak membawanya.

Lain halnya jika lari 10 km ke atas seperti tadi sore. Bawaan saya ialah air putih 1 liter dalam water bladder/ kantung air, 1 botol kecil isotonik 330 ml (setara kaleng Pocari Sweat), snack, jas hujan kecil dan HP.

Alih-alih ingin berbagi tentang jenis-jenis produk hydrobag, kali ini saya ingin sharing tentang persiapan atau lebih tepatnya konsekuensi berlari dengan hydrobag. Saya sarikan poin demi poin.

1. Perlu latihan beban yang menyasar penguatan otot dada, bahu dan lengan.

Jangan terpaku hanya pada berat hydrobag ketika dalam keadaan kosong. Produsen atau brosur produk ini biasanya hanya mencantumkan berat hydrobag saat kondisi kosong.

Misalnya 350 gram untuk hydrobag mahal seharga Rp 1,5-2,5 juta), 450 gram yang impor dari China Rp 450 ribu atau hydrobag saya Nordend seri B271 Rp 198 ribu berat kosongnya 600 gram (termasuk water bladder kosong lho ya yang harganya Rp 80 ribu).

Kita harus memahami berat riil ketika dibawa lari. Saya timbang dengan timbangan digital dan mengisi hydrobag dengan 1 liter air (kapasitas maksimal 1,5 liter), 1 kaleng isotonik, HP, jas hujan tipis, snack BengBeng, kunci rumah, beratnya mencapai 2,6 kg. Hydrobag yang mahal pun juga saya coba, selisihnya tidak banyak: 2,3 kg.

Sekilas berat segitu terasa enteng. Ya enteng kalau sampeyan bawa dari ruang tengah ke ruang depan rumah sampeyan. Atau dicantelin di motor. Berat segitu itu ya mesti sampeyan bayangkan dibawa oleh punggung selama berpuluh menit bahkan berjam-jam.

Untuk itulah, saya sarankan melakukan latihan tambahan. Jika kita terbiasa lari maka sudah kenal dengan strength training atau circuit training.

Nah tinggal tambahin menu push-up, chair dip, bicep curl serta tricep curl. Dua yang disebut terakhir adalah latihan menggunakan dumbel.

Menu tersebut efektif mendongkrak kekuatan  dan fleksibilitas otot dada, lengan dan bahu. Berat dumbel cukup 5-8 kg saja.

Santai saja, latihan 5-7 kali selama 2 minggu sudah cukup untuk mempersiapkan diri berlatih dengan membawa hydrobag.

2. Adaptasi.

Ada baiknya kita tidak langsung berlari jarak jauh jika pertama kali menggunakan hydrobag.

Sempatkan lari 5 km atau paling jauh 10 km untuk membiasakan diri.

Adaptasi ini juga untuk menemukan settingan yang pas seperti rentang tali pengait, tali bahu maupun membiasakan diri mengakses kantung-kantung sembari berlari.

Termasuk pula membiasakan diri minum dari water bladder menggunakan pipa selang :)

Selamat berlari! Salam sehat :)

Btw, artikel review produk hydrobag merek Nordend pada link ini.

Interval running, cara jitu tingkatkan kecepatan lari

$
0
0
Peningkatan speed dan juga endurance dapat dilatih dengan berlatih speed work seperti interval running, Tempo run, fartlek, hilly dll.

Pemahaman umum ttg interval running adalah "Secara spesifik, latihan ini meningkatkan ambang batas laktat (lactate threshold) yang penting bagi kemampuan kita berlomba secara cepat. Dan, karena dilakukan dalam sistem interval, latihan ini memberikan kita periode istirahat sehingga membuatnya lebih nyaman untuk dilakukan dibanding lari secepat-cepatnya (all-out) dalam interval yang lebih pendek dan lebih dinamis dibanding tempo run panjang yang membosankan." Sumber Dunia Lari, link di bawah.

Coba susun lagi jadwal latihan. Jika biasa lone-running, ambil 2-3 kali sesi weekday untuk speedwork dengan interval running.

Beberapa kawan ada yang pakai pola awal IR 3menit jogging dan 30detik faster run. Kita dapat membuat kombinasi lain. Monggo perbanyak referensi, banyak kok di Google.

Lalu gunakan sesi weekend utk longrun.

Contoh jadwal latihan seperti ini:
Senin rest day/off
Selasa IR
Rabu IR
Kamis Cross-Training https://goo.gl/bi95JC
Jumat IR
Sabtu rest day/off
MINGGU LONGRUN

###

Ini sedikit saya lampirkan referensi.
- interval running, apa itu?

- cara tingkatkan performa lari

- interval: metode piramida

- interval pendek/ short interval

- long interval

- menang Bali Marathon dengan latihan interval

- Circuit Training, efektif perkuat lari dan bakar kalori

Satu lagi: "Percayalah pada proses!" :)

Salam mari lari.
Postingan dan komentar di FB group Indorunners.

Telemarketing

$
0
0
Ini cara jitu bikin telemarketer / marketer / marketing bank berhenti dan kapok menelpon kita lagi. 

Ditawari aneka produk finansial seperti kredit tanpa agunan, kartu kredit, asuransi dll merupakan hal biasa. Wajarlah karena mereka sedang memburu penjualan produk dan menghimpun konsumen atau nasabah sebanyak mungkin.

Tapi kalau terlalu sering, sehari bisa tiga kali, ya kadang berasa terganggu. Tak jarang, kita sudah menolak tawaran Bank Anu, tapi esok hari telemarketer dari bank yang sama menelpon lagi. Hanya beda penelpon.

Nah kini adek-adek yang dulu nawarin pinjaman tanpa agunan, kartu kredit dll via nelpon... kini memperbanyak 'platform' dengan menghubungi lewat WA.

Nomor-nomor kontak dilihat dari sumber yang sama: database nasabah yang diperjualbelikan.

Bedanya, dulu nomor itu ditelponin. Sekarang nomor disimpan dan kirim WA penawaran pakai wifi kantor, kos-kosan, kantin dll.

Awalnya, agar mereka tidak berlama-lama memaparkan produk, maka saya menjawab bahwa saya tidak punya kartu kredit.

Btw, tawaran kartu kredit, tambahan plafon pinjaman, KTA dll lazimnya mensyaratkan kepemilikan kartu kredit.

Tapi sudah berkali-kali saya bilang saya nggak punya kartu kredit kok pada nggak percaya to? Artinya data saya belum dihapus dari database mereka.

Belakangan saya pakai cara paling jitu yang bikin mereka kapok nelpon. Jika mereka dari Bank XXX, ya saya jawab: "Lho saya juga kerja di Bank XXX cabang kota ABC!" 

Sebut aja salah satu kota besar, Jakarta Bandung Surabaya Jogja Makassar Medan dll dsb.

99% persen nama kita akan dihapus dari database prospek mereka, di-blacklist, ndak ditelpon/WA lagi, karena SOPnya ndak boleh nawarin ke karyawan/internal. Sependek yang saya tahu lho :)

Kalau masih nelpon ya berarti masuk hitungan yang 1%, ingin ta'aruf ;) #uhuyyy

Transformers! Bukan Superman.

$
0
0


Senang ketika seorang kawan lama mengirim kabar: baru saja wisuda lari 5K, pagi ini di trek ujung Jogja yang hiruk pikuk namun sejuk. Usianya seumuran saya, siap menyambut empatpuluh :D

Seperti pelari bijak lainnya, proses latihan yang sekitar tiga bulan menandakan seorang running-enthusiast bukanlah Superman, karena ini bukan kuat-kuatan. Ngotot-ototan. Bukan semalam ingin lari dan pagi ini nekat langsung ngibrit di trek.

Transformer.
Yeah seorang pelari yang bijak adalah Transformer.

Ini karena dengan sadar menjalani latihan terprogram, terukur dan bertahap untuk melatih seluruh bagian diri - jantung, paru-paru, metabolisme, otot, sendi, pikiran, ego, dan kepercayaan diri.

"Mereka" berbenah dan berubah seiring kebutuhan aktivitas fisik yang meningkat. Hasilnya 'sakses' melaju lima kilometer nonstop bahkan dengan pace yang lebih baik dibanding sesi lari sebelumnya yang jaraknya lebih pendek.

Finished strong, finish in one piece, all Transformers! :D


Image: Transformer angry bird :P

#LATEPOST #THROW BACK #LAWASAN

$
0
0

Selain memosting foto terbaru, gress dan aktuil, ada juga yang sengaja memilih mengunggah foto setelah berselang beberapa bulan. Bahkan berjarak setahun lebih.

Sebagian kita segera berkomentar: kok foto lama? Pamer ya? Ga bisa move on? ...

Sependek yang saya tahu, memang ada yang mengunggah foto lawas karena memang baru nemu file foto di antara 'timbunan' di hardisk atau memory card.

Selain itu, tak jarang pula yang menunda postingan karena persoalan sensitivitas. Misalnya, contoh konkret, kawan saya ketika main ke pabrik senjata di Bandung pas lagi ramai-ramainya kasus pembelian alutsista dari Eropa. Padahal pelor-pelor kaliber besar itu bisa dibikin di dalam negeri.

Sekilas tidak masalah memosting pose memanggul senapan serbu buatan Kiaracondong, tapi dia tidak melakukannya karena mempertimbangkan hadir sebagai siapa dan bersama siapa.

Nah mencermati momentum, dia hanya mengunggah secangkir kopi dengan latar booklet perusahaan pembuat senjata yang dibuat blur, bokeh, hitung-hitung lebih artistik dan motografis lah :). Itu saja sudah cukup untuk mengabarkan kegiatannya di sabtu sore itu.

Bagi yang belum familiar dengan kepekaan seperti ini mungkin perlu mengernyitkan dahi. Tetapi yang terbiasa dengan salah satu tool komunikasi massa dan media, yaitu Analisis Efek, saya yakin memahaminya.

Salam senin siang dari lipatan Indonesia :)

Cerita saya: berhenti merokok :)

$
0
0
Saya sudah berhenti membakar tembakau tiga tahun 2 bulan.

Meski tak lagi jadi perokok, saya masih bisa mengingat nikmatnya Dji Sam Soe. Ingat nama, tak lupa rasa :D 😍

Ceritanya, saya mula berhenti pada Desember 2013 :). Secara "teknis", dulu spontan berhenti saja. Stop. Mak ceklik. Sudah :)

Tapi, kalau diingat-ingat, tetep ada prosesnya. Seperti halnya perokok yang akhirnya berhenti, jamak jika alasan dan latar belakangnya berbeda-beda tiap orang.

Saya sendiri lebih banyak didorong oleh pertimbangan risiko kesehatan ke depannya dan juga pengaruh buruk ke keluarga serta bocah. Meskipun tidak merokok di rumah, tapi residu di baju dll tetap terpapar ke mereka.

Sekali lagi, alasan seperti ini belum tentu berlaku untuk perokok lain. Bisa jadi perokok lain bisa menerima, bisa juga malah akan tersinggung :)

Sebagai mantan perokok, saya bisa memahami bahwa pembahasan soal habit merokok (dan wacana berhenti atau mendorong seseorang berhenti merokok) menyentuh hal ini: ego :)

Karena sudah terkait ego dan hal-hal lainnya yang (mungkin) sama rumitnya -medis dkk-, saya makin yakin hal ini butuh proses.

Salam kretek Indonesia ;) #lho

Ditulis ulang dari status FB saya https://goo.gl/ECgQ9t

Juragan Roti :)

$
0
0
Begini ya...

Dua hari lalu, di sore yang sejuk,  bocah 6 tahun ini tiba-tiba bilang: "Kaka mau punya bisnis.  Tiga bisnis: jualan es krim,  juice dan roti!"

Entah dari mana ide itu. Mak bedunduk saja muncul.

Kami tertawa. Bukan menertawakan.  Kami tertawa karena bersyukur dengan asertifnya Kaka. Dia punya keterbukaan dan keberanian say & act something.

Dan, tentu kami mendukung "business proposal" itu.

Pertimbangannya, kami mengapresiasi spontanitas Kaka.  Juga kemampuan mengungkapkannya, ini sesuatu yang berharga.

Sebaliknya,  jika tidak diakomodir, si bocah bisa malas untuk menghamburkan celetukan,  imajinasi dan kata-kata ke depannya.

Nah, dengan 10 donat keju yang sehari-hari memang dibuat oleh bundanya, jadilah si bocil kami menjalankan bisnis pertama. Titip jual di warung nenek, berjarak dua rumah.

Lain hari mungkin roti labu kuning,  bolu kukus,  cake mocca dll sesuai "produksi divisi cake and bakery" Flamboyan Catering :D



Foto ini usai Kaka mengambil hasil dagangan.  Dari 10 roti,  sembilan terjual. Alhamdulillah :)

Untuk apa uangnya nanti?
"Ditabung.  Beli Lego kapal selam."

He-he-he.  Baiklah Nak!  :)

https://goo.gl/2IXFo5

Aplikasi watermark foto LOGO LICIOUS

$
0
0

Watermark atau tanda air sudah familiar bagi penyuka fotografi. Watermark lazim disebut sebagai upaya untuk menandai, mencantumkan identitas dan juga mencegah foto tidak digunakan atau di-copy paste sembarangan.

Meskipun demikian, diskusi perlu tidaknya watermark selalu menarik. Beberapa fotografer profesional bahkan tidak menyisipkan watermark. Lho kok begitu? Ya karena mereka postingnya hanya di instagram. Nah di IG netizen tidak bisa copas, paling mungkin ialah screen-shot saja.

Akun IG canonphoto dan national geographic, misalnya, juga tidak ber-watermark. Meskipun masih ada foto mereka yang bertanda air nama si fotografer.

Di sisi lain, akun komunitas foto Geo Nusantara selalu menggunakan watermark logo mereka.

Nah dari sini saja, saya ambil kesimpulan bahwa watermark tetap diperlukan dan bermanfaat. Saya mah ambil positifnya saja hehehe.

###

Di jaman serba Android dan iOS seperti sekarang, aplikasi watermark juga menjadi kebutuhan untuk melengkapi koleksi perangkat lunak di gadget.

Di antara buanyaknya aplikasi serupa, saya menyukai LOGO LICIOUS sebagai aplikasi pilihan.

Keunggulannya...
Pertama, bisa menggunakan logo custom baik jpg dan png. Kita bisa bikin di photoshop dulu. Simpan di HP dan tinggal load.

Kedua, jika kita belum bisa atau tidak punya logo sendiri, aplikasi ini juga memungkin kita bikin watermark sendiri yang sederhana.

Ketiga, berbeda dengan aplikasi lain yang mesti mengetik ulang kata-kata watermark jika kita menggunakan di foto berikutnya, maka Logo Licious memberi fasilitas template.

Jadi, watermark seperti di nomor 2 bisa disimpan menjadi template. Jadi sudah hampir seperti logo custom. Tinggal plek :)

Keempat, ada fasilitas meluruskan logo sehingga presisi 90 derajat. Rata, tidak miring-miring, kecuali jika kita sengaja miring.

Kelima, dilengkapi fasilitas lainnya seperti aplikasi pada umumnya yaitu opacity/ mengatur transparan atau pekat, horizontal atau vertikal, perbesar perkecil dan bisa save serta share.

Keenam, ini yang bikin saya sukai lagi: tidak ada iklan dan bisa dipakai offline alias ga perlu koneksi data.

###

Saya sendiri sudah memiliki file logo sendiri yang custom, namun juga sering membuat teks watermark.

Di antara sekitar 30an font, favorit saya ialah font Mosh Thin 100.

Selain itu, font Bimbo, Nobile, ubuntu, digital, scipts (tulisan latin) juga menarik untuk rekan-rekan gunakan.

Salam jepret :)
IG: inung gunarba

Menjajal truk bongsor di lipatan Papua

$
0
0

Ketika jalan-jalan sejenak ke kawasan tambang emas dan tembaga Freeport, Papua beberapa waktu lalu, salah satu perhatian saya segera tertuju pada sosok bongsor truk kepala kuning- berbadan oranye ini.

Inilah Western Star truck, sepertinya tipe 4800 atau 4900. Produsen kendaraan ini memiliki spesialisasi memproduksi  angkutan berat untuk industri tambang, perkebunan, hutan dan bisnis lain yang bermedan ekstrim.

Rasa penasaran saya karena moda ini baru melihat pertama kali dan tentu jauh berbeda dengan kendaraaan angkut lain di Indonesia pada umumnya. Terutama sekali lantaran menggunakan hidung yang didalamnya tertanam mesin bertenaga sangar.

Kalau anak saya, menyebut mainan truk yang memiliki hidung semacam ini dengan nama "truk Amerika".

Di Freeport, truk ini digunakan sebagai alat transportasi para pekerja dan tamu.

Ketika melongok ke kabin pengemudi, saya surprise dengan jenis transmisi yang dipakai: matic bro!

Penjelajah dataran tinggi dengan kontur jalan tanah, kerikil, dan lumpur hujan ini ternyata menjejalkan transmisi matic. Seperti jepretan saya, tombolnya adalah N, P, D dan R.

Ssttt... di beberapa unit, kaca jendelanya dilapis dengan plat besi setebal sekitar 1 cm. Staf yang mendampingi kami mengangguk ketika saya bertanya apakah hal ini karena pertimbangan keamanan :)

Latihan itu nggak pernah bohong

$
0
0

Dulu, di umur 20-awal 30an - sebelum mengenal teknik lari yang baik dan benar, kecepatan lari saya mentok di pace 7 sampai 7:30 menit per km. Napas pun sering tersengal dan sehabis lari terasa capek.

Setelah gaul di komunita lari online seperti Indorunners, Run of Indonesia, Runner id dll, saya semakin banyak tahu dan mempraktekkan beragam teknik seperti posture, cara bernapas, langkah kaki, hingga jenis-jenis latihan lari.

Paling terasa ialah cara bernapas perut, strenght atau circuit training dan latihan interval running. Selain itu ialah pengetahuan, pencegahan dan penanganan cedera.

Itu semua memberi manfaat yang banyak dan konkret. Bahkan di usia yang justru bertambah, jarak dan kecepatan lari malah membaik.

Salah satu indikatornya ialah dengan mencoba lari effortless.

Lari ini dilakukan dengan run at my own pace. Misalnya, pagi tadi saya sengaja lari tanpa banyak melihat pencatat kecepatan, melaju dengan pace "natural" saya sendiri.

Larinya ya lari saja. Tidak terlalu pelan. Kuncian speed-nya adalah tidak sampai ngos-ngosan dan ikuti ayunan kaki. Itu saja.

Dan hasilnya, ini kecepatan lari effortless untuk jarak 5K = 33menit, pace 6:36 menit/km :)

Sepanjang lelarian saya bernapas dengan perut, bukan dada.

Pola napasnya ialah 2-3 yaitu menarik napas/ inhalebdalam dua langkah dan mengeluarkannya/ exhale dalam tiga langkah. Pengaruhnya, tidak tersengal, suhu tubuh stabil dan tidak lekas lelah.

Let's train smart, eat right (liberally wkwkwkk), sleep enough, fight hard, race fun :D

FB https://goo.gl/iSH2T4

#proudindorunners #kagamarunners #prepareSegerRun #ancol16April

Biru hijau Tembagapura

$
0
0
Tembagapura, Papua, Indonesia


Selepas baling-baling racikan Rusia memenangi pertarungan melawan gravitasi, kami segera dilambungkan melampaui barisan kabut yang mengapung di sekitar landasan.

Pemandangan segera beralih dari putih pekat, lantas samar-samar lanskap semakin membiru dan kemudian menghijau. Detail perbukitan yang memeluk Tembagapura semakin jelas ketika kami menjauh dari selimut kabut.

Tak lama berselang hanya tersisa rona biru di ujung sana, mungkin itu bercak-bercak kabut yang terpapar sinar matahari pukul 07.45 yang mulai menghangat. Sebaliknya hijau rimba dataran tinggi Papua makin membentang.

Saya beruntung masuk ke kabin Mi-171 belakangan sehingga kebagian kursi paling pinggir dekat jendela kanan. Jadi, ketika si bongsor meliuk mengarahkan moncongnya menuju Mimika, saya segera bertatapan dengan Tembagapura di bawah sana.

Lensa Tamron sapujagad 18-270mm sigap menangkap citra lipatan bumi yang menyimpan cadangan jutaan ton emas. Juta. Ton. Emas. Gold, bukan pasir :). Juga tembaga alias copper.

Bagi saya, nama Tembagapura seperti magnet yang menarik keingintahuan sejak kecil.

Menyukai pernak-pernik geografi pada kelas 4 SD, di benak saya kota ini sudah identik dengan pertambangan logam mulia meskipun belum pernah melihat seperti apa itu emas. Sedangkan tembaga, saya sudah tahu barangnya saat itu: untuk kabel listrik :)

Kini, isi perut bumi di sekitar Tembagapura dan siapa-siapa yang berhak menggenggamnya kembali menarik perhatian, mengundang pergunjingan dan dibawa ke meja perundingan.

Apapun itu, salam untuk Pak Jonan dan kawan-kawan pekerja di Freeport :).

#papua #freeport #aerial #lanskap #tembagapura #grasberg

Helikopter Mi-171 Turboshaft, Airfast Indonesia

 
Negeri di atas awan

Playlist teman lari April 2017

$
0
0


Bagi saya, lari itu (kadang) butuh moodbooster. Deretan lagu siap putar adalah salah satu cara saya mendongkrak semangat, sekalian sebagai pace booster.

Saya memang menyukai jenis musik yang nge-beat dan tentunya easy listening. Lagu-lagu anyar juga menjadi pilihan, makanya saya ngintip chart lagu di radio. Mana saja lagu yang hitz.

Nah untuk April, ini lagu lari saya:

- Side to Side, Ariane Grande ft si mbak Nicky Minaj (ini lagu buat start :) )
- Closer, Chainsmoker
- Dont let me down, Chainsmoker
- Alone, Marshmello
- Pillowtalk, Zayn
- Heathen, Twenty on pilot. Ini ost suicide squad
- One call away, Charlie Puth
- Let me love you, Justin Bieber dj snake
- We dont talk anymore, c.puth ft dedek selena gomez
- Sing me to sleep, lagune alan walker
- This what u came for, calvin harris rihanna
- How to love, cash cash ft dek sofia reyes
- By your side, jonas blue
- Cheap thrill, sia (ini buat finish strong)

#runbeat

Oiya, meski memakai earphone kala jogging, saya tetap berprinsip safety first. Makanya, volume musik terbilang rendah. Sekadar terdengar saja sehingga masih bisa merespon dengan cepat deru lalu lintas, lengkingan klakson, dan tentunya sapaan tetangga :)

Lagi: ga semua pelari harus jadi marathoner :)

$
0
0
Ini satu lagi artikel bagus tentang lari. 

Sumpah, ini memang artikel copas. Sumber atau link tersemat di bawah.

Soal copasan, bukan itu intinya. Sebelumnya bahkan saya kumpulkan artikel tentang hal-ihwal tentang mengikuti marathon.

Saya posting di blog karena ini penting bagi saya sebagai pengingat, sebagai inspirasi, sebagai lecutan...

Lecutan penyemangat berlatih lari? Bukan! Justru lecutan untuk menahan ego, menahan ambisi. Sehingga ketika berlatih tetap pakai perencanaan matang.

Kata kawan: berlatih dengan "3 ter-" yaitu terencana, terukur dan teratur.

Saya ogah mengikuti, misalnya marathon 42 km hanya bermodal beberapa kali pernah lari 10 km. Itu nekat dan ngawur. Sontoloyo :D

Dari banyak sumber referensi baik artikel maupun tuturan atlet/pelatih/pehobi, persiapan mengikuti marathon yang jaraknya membentang 42 km ialah minimal 4 bulan. Itupun sebelumnya telah memiliki kemampuan lari yang cukup. 

Misalnya rutin dan mampu lari 3 kali tiap pekan, sudah bisa berlari 5 atau 10 km tanpa kepayahan... Nah selanjutnya ingin 'naik kelas' ke half marathon 21 km atau full marathon FM 42K maka kemudian menjalani program yang 4 bulan itu dengan minimal total mileage jarak lari sepanjang 1 pekan adalah 30 km. Nah!

Maka, berlatih dengan baik, benar serta memperbanyak referensi dengan membaca dan nonton youtube, menjadi kuncian. Ingat pula, jangan hanya nonton youtube tapi simak substansinya dan banyak membaca. Salam lari :)

...

SCKLM 2017: 
Maraton itu Enggak Gampang!

Sejak Minggu (21/5) lalu, Facebook, IG, Path atau media sosial lainnya riuh rendah dengan postingan foto-foto mereka yang ikut Standartd Chattered Kuala Lumpur Marathon (SCKLM) 2017. 

Foto-foto cerita di sepanjang perjalanan, garis finish, lengkap dengan kostum jersey penamat (finisher) atau medali penamat bertebaran di mana-mana. Foto selfie n welfie dengan wajah-wajah semringah itu mengabarkan keberhasilan mereka yang telah menyelesaikan lari sejauh 42,195 kilometer alias full marathon (FM).

Peserta SCKLM 2017 tercatat 35.000 pelari dari 63 negara, dengan 8.000 pelari di antaranya mengambil kategori FM. Indonesia mengirim peserta asing terbanyak yaitu 325 pelari dari berbagai komunitas – terbanyak dari Run for Indonesia (RFI) sejumlah 97 kawan lari—disusul pelari dari Inggris (146) dan India (132). Walaupun tidak banyak tim hore (spectators) di pinggir jalan karena lintasan lebih banyak di jalan tol, SCKLM 2017 terselenggara rapi dengan dukungan marshal, water station (pos hidrasi), marka penunjuk arah, tempat sholat subuh lengkap dan membuat peserta nyaman berlari.

Banyak di antara pelari Indonesia itu melepaskan keperawanan maratonnya (virgin marathon) dalam hajatan di Negeri Jiran tersebut. Antusiasme pelari Indonesia di berbagai event race memang luar biasa sejalan dengan tren dan gaya hidup olah raga lari sejak beberapa tahun terakhir. 

Para pelari Indonesia yang umumnya awam, banyak yang ingin "naik kelas" dari sekedar lari 5 kilometer, 10 kilometer meningkat ke kategori half marathon (HM) sejauh 21 kilometer. Setelah itu, mereka penasaran untuk mencoba lari maraton penuh atau full marathon sejauh 42,195 kilometer!

Tidak melulu karena ambisi pribadi, tetapi banyak juga diantaranya karena terkena "racun" bahwa seolah-olah semua pelari harus merasakan lari maraton. Apalagi mereka yang telah menyelesaikan lari FM bisa dengan bangga ngecap "We are marathoner, not a jogger!" 

Belum lagi imimg-iming dari mereka yang pernah maraton seringkali mengatakan: semua orang bisa berlari maraton asal mau; maraton itu enggak sulit; jalan kaki pun bisa dan seterusnya. Banyak di antara newbie atau pelari baru penasaran untuk mencoba berlari di kategori maraton.

Hasilnya? Tidak semua pelari virgin marathon itu berakhir dengan cerita sukses keberhasilan mereka menyelesaikan lomba lari marathon pertama kalinya. Tidak seperti foto-foto kegembiraan para pelari yang berhasil finis di bawah waktu COT (cut off time) di media sosial. Banyak di antara para pelari peserta FM itu babak belur, sengsara, kesakitan, muntah, kleyengan pusing tujuh keliling, kraam, kaki mengunci tak bisa digerakan hingga berakhir di tenda medis.

"Lutut gue sakit banget,  Bah Ngunci sakiit banget,!"
"Tadi aku mual di kilometer 12,"
"Si Anu tadi muntah-muntah akhirnya DNF (Did Not Finished)"
"Aku juga tadi sesak napas dan pusing".
"Semalem saya enggak bisa tidur"

Laporan" dari sejumlah para pelari seperti itu terdengar seusai finis. Ketika sejumlah pelari asyik berfoto-foto merayakan keberhasilan finis, sejumlah pelari lain meringis karena untuk menggerakan kaki saja sulit dan sakit.

***
Yup! Berlari maraton itu tidak gampang! 
Saya sendiri selalu mengistilahkan, berlari maraton itu ibarat "body torturing" alias penyiksaan tubuh. Tubuh kita dipaksa untuk suatu keadaan yang tidak biasa. Berlari atau power walk sejauh 42,195 kilometer dalam waktu lebih dari 4-7 jam (untuk pelari hobby) membutuhkan stamina fisik dan kondisi tubuh yang prima.

Belum lagi jika kondisi cuaca yang tidak biasa: panas, kelembaban tinggi  bahkan hujanakan memerlukan kondisi lebih ekstra lagi. Tidak heran jikat banyak penelitan membuktikan, berlari maraton itu "merusak" tubuh pada tahap tertentu. 
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di American Journal of Kidney Diseases misalnya, menemukan jika pada para pelari maraton yang mereka teliti ditemukan bukti tahap 1 mereka cedera ginjal akut setelah maraton. Para peneliti mengambil sampel darah dan urin dari 22 orang yang mengikuti 2015 Hartford Marathon. Cedera seperti yang ditemukan pada 82 persen dari pelari maraton  yang diteliti itu memang  hanya berlangsung sebentar. Walaupun ginjal mereka kembali normal dalam waktu 24 hingga 48 jam, penelitian itu menggambarkan risiko berlari maraton.

Kondisi tubuh mereka yang baru menyelesaikan maraton itu disebutkan tidak berbeda dengan mereka yang baru menjalani operasi jantung atau mereka yang berada di ruang ICU (intensive care unit). Memerlukan waktu setidaknya dua hari untuk mengembalikan kondisi tubuh kembali normal.

Tidak betul jika untuk menyelesaikan lomba maraton itu, para pelari hanya membutuhkan mental dan tekad yang kuat untuk menyelesaikan misinya. Saya banyak bertemu dengan para pelari yang bermodal nekat untuk mencoba berlari maraton karena merasa mental mereka sudah siap. Tetapi banyak di antara mereka, berakhir di tenda medis atau DNF.

Saat SCKLM 2017, Minggu kemarin pun ratusan orang diangkut bus-bus pengakut karena mereka yang tidak mampu melanjutkan lomba karena kepayahan. Penyelenggaran SCKLM 2017 mengatur setiap pelari untuk menyelesaikan jarak tertentu dengan waktu tertentu. Mengambil waktu start pukul 04.00 subuh di Dataran Merdeka para pelari harus menyelesaikan lari sejauh 14 kilometer pertama selama 2 jam 35 menit atau pada pukul 6:35 pagi. Selanjutnya pelari juga diberi batasan waktu pukul 7:35 untuk jarak 20 kilometer, jarak 30 kilometer harus selesai pukul 9:15 dan jarak 36 kilometer harus selesai pukul 10:15. Maklum jalan tol yang mereka gunakan sebagai lintasan maraton harus dibuka kembali lalu lintasnya.

Di setiap batasan jarak dan waktu yang ditentukan, sejumlah bus dengan mesin dihidupkan telah siap mengangkut mereka yang rempong atau tak mampu meneruskan lomba. Hal itu menjadi teror tersendiri bagi para pelari "pemula maraton" di SCKLM. "Stress banget gue ama bus-bus jahanam itu. Jangan sampai gue digaruk," kata seorang pelari.

Jamaah DNF itu kemudian diturunkan di lokasi dekat dengan race central. Saat mereka turun dari bus tampak sekali bukan saja wajah-wajah putus asa penuh penyesalan, tetapi juga juga wajah-wajah kesakitan dan kepayahan menyertai mereka.

Emangnya maraton, gampang !?

***
Untuk mereka yang sudah berpengalaman, seringkali ikut maraton atau long run setiap akhir pekan, FM asal finis mungkin bukan masalah. Tetapi buat para para newbie yang akan mencoba virgin marathon, menyelesaikan misi di lintasan aspal, penuh tanjakan, panas dan membosankan butuh persiapan diri yang mumpuni.

Mental baja atau mind set untuk menyelesaikan maraton memang sangat dibutuhkan. Akan tetapi niat, tekad saja tidak cukup jika badan atau fisik kita tidak siap. Tubuh kita harus disiapkan dengan berbagai menu latihan untuk mengikuti ajang maraton. 

Sejumlah referensi menyebutkan, persiapan untuk mengikuti sebuah lomba maraton membutuhkan waktu latihan dan persiapan setidaknya 4 bulan! 

Selama empat bulan itu, para calon peserta maraton harus menyiapkan diri baik fisik maupun mental. Sejumlah menu latihan, baik latihan ketahanan/stamina (endurance), kekuatan (strength) maupun kelenturan tubuh (fleksibelitas) harus dijalani. 

"Kita bukan atlet, kita berlari untuk sehat dan bugar. Jadi yang sebaiknya kita utamakan adalah berlari dengan benar dan nyaman sehingga bisa menyelesaikan lomba tanpa cedera," kata Eduardus Nabunome, pemegang rekor lari maraton Indonesia yang kini melatih sejumlah pelari hobi. Bahwa di antara mereka nanti ada yang berhasil mencatatkan personal best (waktu terbaik diri) merupakan bonus dari program latihan dimaksud.

Memang banyak aplikasi latihan maraton yang gampang ditemui di internet atau gawai untuk kita unduh dan ikuti.Tetapi akan lebih baik jika kita mengikuti latihan persiapan maraton itu didampingi oleh pelatih atau mereka yang berpengalaman. Bergabung dengan komunitas lari lebih baik. Kehadiran kawan lari (running buddy) akan menjadi penyemangat kita untuk mencapai target.Banyak bertanya kepada marathoner akan membantu dan menambah ilmu. Tetapi tetap waspada dan hati-hati mendapat masukan dari para pelari "senior" yang terkadang bisa menyesatkan.

Menjelang Maybank Bali Marathon 2017, akhir Agustus mendatang sejumlah komunitas lari kini mengadakan program latihan bersama untuk pelarinya. Komunitas Run for Indonesia (RFI) misalnya mengadakan program RFI Training Camp to MBM 2017 dengan pelatih atau pendamping Eduardus Nabunome yang berlatih rutin setiap pekan. Begitu pula dengan komunitas-komunitas lari lainnya jauh-jauh hari juga sudah menyiapkan program-program serupa. 

Sejumlah pelari melakukan "secret training" dengan menyewa pelatih-pelatih privat, yang tentu saja memerlukan isi dompet lebih banyak.

Latihan-latihan fisik dengan berbagai menu itu juga harus dibarengi dengan asupan nutrisi yang cukup. Ibarat kendaraan, secangih dan sekuat apa pun itu tanpa bahan bakar hanya akan menjadi perangkat tidak berguna. 

Selain itu, manajemen tenaga dan asupan energi, serta hidrasi sepanjang lintasan maraton harus menjadi pengetahuan wajib. Jangan ibarat orang dengan penutup mata berlari tanpa tahu apa yang akan terjadi di sepanjang jalan. Banyak membaca, menonton video (Youtube) mengenai lari, maraton dan segala persiapannya akan memperkaya wawasan kita dan menambah kepercayaan diri.

Mereka yang disipilin mengikuti program yang disiapkan selama kurang lebih dari empat bulan hampir dipastikan bisa menyelesaikan misi maratonnya dengan baik. Untuk mereka yang sudah bekerja keras berlatih, bisa mengatakan "maraton itu tidak sulit" selepas garis finis. Tetapi bagi mereka yang hanya bermodal tekad, latihan pas-pasan, buta ilmu bersiap-siaplah untuk babak belur karena diri akan merasa tersiksa, dan berakhir DNF atau digaruk bus penyapu.

Namun satu hal yang perlu diingat, tidaklah perlu semua orang menjadi marathoner. Bagi mereka yang bukan atlet, belari lebih untuk menjaga kebugaran dan kesehatan.
Ingat: bukan seberapa jauh Anda berlari, yang terpenting adalah seberapa bahagia Anda berlari.

(Agus Hermawan, pesepeda dan marathoner)

Tinggal tunjuk! Kuliner di Jogja :)

$
0
0
Semua jajan di Yogyakarta pada akhirnya :)

Lokasi? Search aja di Google atau google map. Monggo...

1. Sego Geneng , barat ISI
2. Jejamuran Resto, Sleman
3. Gubug Makan Mang Engking,
4. angkringan pmm kaliurang
5. Sate Klatak Mas Bari Pleret Bantul,
6. Soto Sulung Pak Malik Stasiun Tugu dan Soto Sulung Cak Alim Jl. Adisucipto
7. Gudeg Bu Hj Amad,
8. Gudeg Yu Djum
9. Gudeg Permata Bu Pujo, buka jam 9 malam, Gudeg Pawon Jl. Kusumanegara, buka jam 23:00
10. Bebek Goreng Cak Koting, kidul jemb layang Lempuyangan,
11. Bakmi mBah Mo Bantul
12. Bakmi Kadin,
13. Bakmi Pele, Alun2 Lor
14. Ayam Geprek Mbok Moro cabang Terban
15. Bakmi Jawa Pak Rebo Kintelan,
16. Mangut Lele Bu Is Jetis
17. Sate Goreng Ringin Kronggahan,
18. Bakmi Jawa mBah Hadi Terban,
19. Sate Ayam Cak Ali - Telogorejo
20. Kepik Sawah : Jl. Godean KM 9, Senuko, Sidoagung - garang asem n belut balado, limun Tjap Orang Kaya, dll
21.Ayam Goreng Mbok Sabar Jagalan 
22.Ayam Goreng Bu. Tini wetan ex Bioskop Permata,
23. Sate Jono Pakualaman
24. Kopi Joss dan angkringan di lor Stasiun Tugu
25. Wedang Uwuh, makam Imogiri,
26.Sego pecel UGM,7
27. Lotek n Gado2 Teteg, Lempuyangan
28. Kupat Tahu Pak Budi perempatan SGM,..
29. Baceman kepala kambing p Kirman di belakang pasar Colombo
30. Lotek bu Ning di jln Surokarsan 
31. Soto miroso,
32. Nasgor & magelangan: bakmi doreng, Suryowijayan.
33. Pecel wader dekat Bandara Adi Sucipto
34. Sayur Brongkos "Handayani" (mbak Tri,  Alun2 kidul)
35. Jadah Tempe kaliurang bu carik
36. Wader Goreng Suko Jl.. Wonosari
37. Soto kadipiro - Jl. Wates
38. Gudeg Djuminten  Kranggan 
39. Soto Pak Marto, Patangpuluhan
40. Soto Pak Soleh Tegalrejo
41.Soto Gobyos Wetan Jembatan Gondolayu,
42. Sate ayam Pak Kromo
43. Gudeg mercon 
44. Gudeg Tugu
45. Bakmi Godog P.Juki Blimbingsari  
46. Ayam Geprek Mbok Moro cabang Durenan
47. Ayam goreng mbah Cemplung, Gunung Sempu, Bantul
48. Gulai Kambing Pasar Lempuyngan & Jakal km18
49. Sate Kambing Samsuri Adisucipto
50. Sate kambing Klatak Pak Pong, Wonokromo Bantul
51. Sop kaki kambing depan RS Bethesda dan RS Panti rapih. 
52. Sate Ngasem Madukismo
53. SEA FOOD KATOMBO, Sinduadi Mlati
54. Bakmi mbak yuni stasiun
55. Bebek goreng simpatik kranggan
56. Sate ayam Jl Monjali dpn hotel Tentrem
57. Nasgor kambing dkt panti rapih
58. Nasgor Kambing, depanSMA Padmanaba
59. Wader presto mbak jurri kalibawang
60. Ingkung Kampung Ndeso, Pajangan Bantul 
61. Tengkleng Gajah di Wedomartani
62. Mbah Gejrot Wonosari
63. Nasi merah, empal, sayuran, sambal, dan tempe Bukit Bintang 
64. Bebek Goreng Gejayan Utara
65. Jejamuan, Ginggang Paku Alaman
66. Gudeg Cukupan seberang Saphir Square (hanya malam, lesehan)
67. Soto bu Cip Patangpuluhan
67. Rantengan bu wiryo beringharjo
69. Warung masakan Jawa ibu Siput, Gondomanan
70. Sea food baruna monjali
71. Nasi Uduk Palagan (utara Monjali)
72. Ayam Geprek Mbok Moro jl Bantul
73. Sate Kambing Samirono
74. Brongkos Bu Padmo Tempel Sleman
75. Sate ayam Podomoro, Jl. Suryotomo Yogyakarta 
76. Sop ayam kampung Pak Min
77. Bakso cap Kepala Kambing
78. Soto Gumyak Selatan PMI Tegalgendu Kotagede
79. Tongseng Sor Talok Manding Bantul
80. Telur Tuna Hercules deket fak Teknik UGM
81. Ramesan Warung Idjo Teteg Lempuyangan
82. Siomay Mang Mudi Ringroad Per4an Jakal
83. Siomay Kang Cepot Jakal
84. Rawon EnaK Ringroad deket RSA UGM
85. Soto Wonosari Condongcatur
86. Soto Sapi Mbok Sarbini Piyungan
87. Soto Ayam tan proyek Wonosari
88. Soto lenthok dan raja sambel di seturan
89. Sate dan Tongseng pak Dakir depan pasar  Klitikan
90. Bakmi Tongseng Balungan Sibitsu jln Bantul
91. Sate Karang Kotagede
92. Bakso & es teler Pathuk
93. Seafood & rekreasi anak Banyumili Godean
94. Waroeng Pohon, Jalan Parangtritis km 6
95. Gudeg Pawon Janturan
96. Oseng2 mercon KHA  Dahlan
97. Soto gobyos jl Bayangkara
98. Ayam Goreng Bacem Code 
99. Kepiting Cak Gundul Jl Palagan
100. Gudeg Ceker Gejayan
101. Mangut Lele mbah Marto Geneng Sewon Bantul
102. Sop janda jogja mlati sleman
103.  DA'IM DONUTS Jl. Kaliurang km 10.
104. Siomay Kang Ujang, jalan Panjatkan dan jalan Ngasem.
105. Warung Tongseng Ayam Kampung, Selatan Pasar Bantul
106. SATE MBAH SO, Kota gede.
107. SATE PAK MINTO,  Jalan Wates.
108. Bakmi mbah Gito, Pilahan.
109. Warung Sego abang , jinak Semau Wonosari GK

GUDEG
- Gudeg Sagan (mbak Wati), Jalan Prof Johanes, Galeria Mall ke utara.
- Gudeg Bu Djuminten: Jl Kranggan 69
- Gudeg Bu Pujo (Permata): Jl Gajah Mada 11 (lesehan buka pukul 21.00)
- Gudeg Ceker Bu Nining: Jl A Yani 16
- Gudeg Ceker Bu Yanti: Jl Monjali
- Gudeg Ceker Sedep Raos: Jl Seturan 15 (warung tenda)
- Gudeg Cukupan Batas Kota: Jl Solo 28 (lesehan seberang Saphir Square)
- Gudeg Geneng Mbah Marto: Dusun Nengahan, Panggungharjo, Sewon, Bantul (belakang kampus ISI)
- Gudeg Kentungan: Jl Kaliurang km 5
- Gudeg Kuncen Bu Sri: Jl HOS Cokroaminoto (depan Apotik Kimia Farma)
- Gudeg Manggar Bu Hendro: Jl Hayam Wuruk (seberang Pasar Lempuyangan)
- Gudeg Manggar Pembayun: Mangir, Pajangan, Bantul 
- Gudeg Mbarek Bu Hj Amad: Utara Selokan Mataram UGM
- Gudeg Mercon Ibu Tinah: Jl Asem Gede-Kranggan (buka pukul 20.00)
- Gudeg Pawon Jl. Prof Soepomo 36, Janturan (buka pukul 23.00)
- Gudeg  yu Jum: Wijilan.
- Gudeg Tugu Bu Wagiyem: Jl Diponegoro (lesehan)
- Gudeg Wijilan Bu Lies: Jl Wijilan 5 (buka 24 jam)
- Gudeg Wijilan Bu Nur: Jl Wijilan
- Gudeg Wijilan Bu Slamet: Jl Wijilan 17
- Gudeg Yu Djum: Utara Selokan Mataram UGM
- Gudeg Yu Narni: Jl Kaliurang km 4,5 (lor Kehutanan UGM)
- Gudeg Yu Yah: Jl Magelang km 5 (warung tenda kidul Terminal Jombor)
- Rantengan Bu Warno: Jl A Yani (lantai 2 Pasar Beringharjo) & Jl Jagalan Beji PA I/43 Pakualaman

# BAKMI
- Bakmi Pak Furqoni, Jalan Modang Jogokaryan
- Bakmi Doring: Jl Suryowijayan 348
- Bakmi Jokteng: Perempatan Pojok Benteng Barat
- Bakmi Jombor: Jl Magelang km 6,3 (Flyover Jombor)
- Bakmi Kadin Mbah Hj Karto: Jl Bintaran Kulon 6
- Bakmi Mbah Gito: Jl Nyi Ageng Nis, Rejowinangun
- Bakmi Mbah Hadi: SPBU Terban
- Bakmi Mbah Mo: Dusun Code, Kulon Perempatan Manding, Bantul
- Bakmi Mbah Wito: Dusun Kemoro Sari 1, Desa Piyaman, Wonosari
- Bakmi Mbak Yuni: Jl Wongsodirjan (lor Stasiun Tugu)
- Bakmi Pak Geno: Jl Parangtritis km 23 Patalan, Jetis, Bantul
- Bakmi Pak Harjo Geno: Pasar Prawirotaman
- Bakmi Pak Juki: Jl Yacaranda 1, Sekip (depan Apotik Gajah Mada)

- Bakmi Pak Juki: Depan SPBU Sagan
- Bakmi Pak Pele: Wetan Pagelaran Kraton, Alun-Alun Lor
- Bakmi Pak Rebo: Jl Brigjen Katamso 167, Kintelan
- Bakmi Shibishu: Jl Raya Bantul 106
- Mie Ayam Mas Yudi: Jl Taman Siswa 158
- Mie Lethek Kang Sum: Imogiri (lor reruntuhan Pasar Imogiri)
- Mie Lethek Mbah Mendes: Jl Ringroad Utara (200 meter kulon Lotte Mart)

SOTO
- Saoto Bathok Mbah Katro: Jl Candi Sambisari, Purwomartani, Kalasan
- Soto Ayam Tan Proyek: Jl Raya Wonosari
- Soto Bangkong: Jl Magelang
- Soto Betawi Bang Darto: Jl Petung 33, Papringan
- Soto Betawi Bang Pitung: Jl Juminahan 12
- Soto Bu Cip: Jl S Parman 58
- Soto Djiancuk: Jl Tepi Rawa Kalibayam, Sonopakis, Ngestiharjo
- Soto Gobyos: Jl Bayangkara
- Soto Gumyak: Jl Imogiri Timur (kidul PMI Tegalgendu Kotagede)
- Soto Kadipiro: Jl Raya Wates 33 (sebelah kanan jalan arah ke Wates)
- Soto Kemasan: Jl Ringroad Selatan, Singosaren (dekat Terminal Giwangan)
- Soto Kudus: Jl Monjali (samping SPBU Monjali)
- Soto Kudus Gajah Mada: Jl Kaliurang km 8,7
- Soto Lamongan Cak Parno: Jl Lembah UGM Karangmalang D28
- Soto Lenthok 21: Jl Sugeng Jeroni
- Soto Lenthok 42: Jl MT Haryono 42
- Soto Lenthok Pak Karjo: Jl Prof Herman Johanes, Sagan
- Soto Miroso: Jl Adisucipto 168A
- Soto Moneter: Jl Ringroad Timur, Banguntapan (lor perempatan Kotagede)
- Soto Pak Marto: Jl Janti, Gedong Kuning (depan JEC)
- Soto Pak Marto: Jl S.  Parman, Barat Plengkung Taman Sari (200 m kulon bangjo)
- Soto Pak Pur: Jl Nitiprayan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul (500 meter kidul IKIP PGRI)
- Soto Pak Sholeh Al-Barokah: Jl Wiratama 84, Tegalrejo
- Soto Sampah (Uwuh): Jl Kranggan (depan SPBU)
- Soto Sapi Mbok Sarbini: Jl Raya Wonosari, Srimulyo (dekat Pasar Piyungan Baru)
- Soto Sapi Pak Musthofa: Jl Magelang km 7 (lor Terminal Jombor)
- Soto Sapi Pak Sugeng: Jl HOS Cokroaminoto 185
- Soto Seger Mbok Giyem: Jl Adisucipto (depan Sheraton Mustika) & Jl Magelang km 8
- Soto Sulung Cak Alim: Jl. Adisucipto km 8,5 (depan Grand Quality)

- Soto Sulung Pak Malik: Jl Pasar Kembang (Parkiran Selatan Stasiun Tugu)
- Soto Sumuk: Jl Jend Sudirman (wetan Jembatan Gondolayu)
- Soto Wonosari Mbah Urip: Jl Rajawali Raya 74, Condongcatur
- Sop Ayam Kampung Pak Min

SATE
- Sate Ayam Cak Ali: Jl Kaliurang km 7
- Sate Ayam Cak Amat: Jl Hadidarsono, Kotabaru
- Sate Ayam Monjali: Jl AM Sangaji (depan Hotel Tentrem)
- Sate Ayam Pak Kromo: Jl Mayor Suryotomo 3
- Sate Ayam Podomoro: Jl Mataram 11
- Sate Djono: Jl Masjid Pakualaman 7
- Sate Goreng Ringin: Kronggahan, Jombor, Mlati (Terminal Jombor ke barat lalu ke utara)
- Sate Kambing Mbah Darmo: Jl Solo (wetan bandara)
- Sate Kambing Monjali: Jl Monjali 106 (lor bangjo Jembatan UGM)
- Sate Kambing Pak Dakir: Jl HOS Cokroaminoto 75 (depan Pasar Klitikan)
- Sate Kambing Pak Syamsuri: Jl Anggrek, Sambilegi, Adisucipto
- Sate Kambing Samirono: Jl Colombo 105
- Sate Karang Pak Prapto: Jl Nyi Pembayun, Lapangan Karang, Kota Gede
- Sate Klatak Pak Bari: Pasar Desa Wonokromo, Jl Kedaton, Pleret, Bantul
- Sate Klatak Pak Mus: Jl Stadion Sultan Agung, Pleret, Bantul
- Sate Klatak Pak Pong: Jl Stadion Sultan Agung, Pleret, Bantul
- Sate Klatak Pak Yakut: Ruko Griya Alvita, Jl Wates km 3
- Sate Kuda Gondolayu: Jl Jend Sudirman 25 (kulon jembatan)
- Sate Kuda Pak Kuntjoro: Jl Kranggan 64A
- Sate Ngaglik: Jl Kaliurang km 10 (depan kecamatan)
- Sate Ngasem: Jl Keloran, Bugisan, Tirtonirmolo, Ringroad Selatan
- Sate Padang Asli: Jl Kaliurang km 5,6 (dekat HokBen)
- Sate Padang Mamak Sharil: Jl Sultan Agung, Pakualaman
- Sate Padang Salero: Kawasan Stadion Mandala Krida

AYAM
- Ayam Asap Kuah Santan: Jl Gito Gati 100 (lor Hotel Hyatt)
- Ayam Bakar Bu Ning: Jl Taman Siswa (warung tenda)
- Ayam Geprek Mbok Moro
- Ayam Bakar MG 22: Jl Sisingamangaraja 22B (seberang Kantor Pos Mergangsan)
- Ayam Goreng Bu Tini: Jl Sultan Agung 17, (wetan bekas Bioskop Permata)
- Ayam Goreng Kampung Bugisan: Jl Bugisan Selatan 42 (depan SMKI)
- Ayam Goreng Mbah Cemplung: Sembungan RT 05 Bangunjiwo, Kasihan, Bantul
- Ayam Goreng Mbok Berek Kalasan: Jl Solo km 14,5 (samping Panti Rini Ziekenhuis)
- Ayam Goreng Mbok Berek Pawirodikoro: Jl Pugeran Timur 24
- Ayam Goreng Mbok Sabar: Jl Jagalan
- Ayam Goreng Mentega Lie Djiong: Jl Brigjen Katamso
- Ayam Goreng Ninit: Jl C Simanjuntak 20, Terban (depan Karita)
- Ayam Goreng Ny Suharti: Perempatan Rejowinangun, Gedong Kuning
- Ayam Goreng Pak Ndut: Jl C Simanjuntak 29, Terban
- Ayam Goreng Putra Rantau: Jl Wirosaban (wetan rumah sakit)
- Ayam Goreng Suharti: Jl Adisucipto (samping turunan Flyover Babarsari)
- Ayam Goreng Tojoyo 3: Jl Urip Sumoharjo 133 (depan Empire XXI)
- Ayam Kremes Mbak Ning: Jl Gajah Mada 1 (kulon bekas Bioskop Permata)
- Ayam Panggang 3 Berku: Jl Kusumanegara 185
- Ayam Panggang Bu Ning: Jl Godean km 5
- Ingkung Kampung Ndeso Mbah Cempluk: Dusun Santan, Desa Guwosari, Pajangan, Bantul

BEBEK
- Bebek Goreng Cak Koting/Bu Meti: Jl Dr Sutomo (kidul Flyover Lempuyangan)
- Bebek Goreng Pak Ndut: Jl C Simanjuntak 29, Terban
- Bebek Goreng Pak Saring: Dalam Pasar Lempuyangan
- Bebek Goreng H Slamet: Jl Pangeran Mangkubumi
- Bebek Goreng Pak Slamet: Jl Affandi (Gejayan Utara)
- Bebek Goreng Simpatik: Jl Diponegoro (depan Pasar Kranggan)

GADO2/PECEL/LONTONG
- Gado-Gado Bu Hadi: Jl A Yani (lantai 2 Pasar Beringharjo)
- Kupat Tahu Pak Budi: Jl Kusumanegara (perempatan SGM)
- Lontong Sayur Padang: Jl Ipda Tut Harsono, Timoho (dekat RM Barokah)
- Lotek Bu Ning: Jl Surokarsan
- Lotek MM UGM: Depan MM UGM
- Lotek Sagan: Jl Sagan Kidul 23 & Jl Danau Tempe V/8
- Lotek Teteg Lempuyangan Bu Is: Jl Argolubang 184 Gg Delima GK IV/196 Baciro (depan SPBU)
- Pecel Baywatch Mbah Warno: Kasongan, Bantul
- Pecel Lele: Jl Patangpuluhan 21
- Pecel Senggol: Jl A Yani (pintu gerbang Pasar Beringharjo)
- Pecel SGPC Bu Wiryo 1959: Utara Selokan Mataram UGM
- Pecel Wader: Jalan Masuk Bandara Adisucipto 

BAKSO/PEMPEK
- Bakso Pak Teguh, depan pasar Prawirotaman Yogyakarta  (buks sore jam 17.00)
- Bethesda: Jl Yohanes Nurhadi (kulon rumah sakit)
- Bakso Idolaku: Jl Taman Siswa 138
- Bakso Jawi Bu Miyar: Jl Sultan Agung 9
- Bakso Kuning Gading: Jl Abubakar Ali 2A, Kotabaru
- Bakso Malang Berkah: Jl Nusa Indah, Condong Catur
- Bakso Pak Jam: Ironayan, Banguntapan, Bantul (samping masjid)
LODEH WADER - Warung HANYA Jl. Parangtritis  km 6,5 (utara kampus ISI), 
- EMPEK-EMPEK Nonyan Kamto di Malioboro Mal
l dan Selatan Ramai Mall...

:)

GANYANG SAMPAI AKAR-AKARNYA :D

$
0
0

Kemarin di toko pertukangan dan peralatan berkebun, ada omm-tante yang celingukan nyari cairan pembasmi rumput dan gulma. Sayangnya, stok habis. 

Andai mereka main FB, mungkin baca viralnya racikan omm Najib yang bikin anti rumput dari dapur rumah:

- cuka makan dicampurkan ke air dalam botol penyemprot (pehobi tanaman dan berkebun pasti sudah punya botol penyemprot ginian). 
- lalu tambahkan 3-5 sendok makan sabun cuci piring kek Mama Lemon atau Sunlight, kocok hingga merata dan jadi cairan pekat/rada kental/ lengket.
- semprotkan ke rumput/gulma di halaman/pekarangan. Boleh beberapa hari, pagi oke sore monggo. 
- efeknya bakal kelihatan dalam 5-7 hari kemudian. Rumput yang tak diinginkan keberadaannya akan mengering dan mati. Saatnya mencabuti dan ganyang sampai akar-akarnya :D

Note: kok bisa? omm Najib bilang, cuka punya sifat kayak asam asetat yg "tidak bersahabat" dg banyak tanaman pengganggu. Sedangkan cairan sabun berfungsi melekatkan asam dr cuka tadi ke tanaman. 

#NKRIhargamati #rumputjugaya

Membaca Cerita Lari Haruki Murakami

$
0
0





BUKU bergenre memoar ini menarik perhatian saya bukan hanya lantaran temanya yang bertutur soal lari, olahraga kegemaran saya, namun juga karena judulnya unik, "What I Talk About When I Talk About Running". 

Apa sih maksudnya? 

Awalnya saya menduga, penulis asal Jepang kelahiran 12 Januari 1949 ini menulis tentang uneg-unegnya ketika sedang berlari. Dugaan saya ternyata tak terlalu meleset, paling tidak menurut saya sendiri hehehe. 

Oya saya sebenarnya sudah lama mengidamkan membeli buku setebal 198 ini. Setelah melihat pertama kalinya di Gramedia Citraland Grogol, Jakarta, akhirnya saya mengempit buku ini di toko buku Togamas ketika pulang ke Jogja minggu lalu, 25 Juli 2017. 

Selama empat hari, memoar terbitan Bentang ini menemani saya ketika di ruang depan rumah, kamar, kedai Wikikopi dan akhirnya rampung pada penerbangan Jogja-Jakarta, Jumat malam. 

MENGAPA MEMILIH LARI? 
Haruki sepertinya memahami keinginantahuan saya, juga mungkin pembaca lainnya, apa sih yang ingin ia sampaikan, opo to yang pengen dia ceritakan. Dan juga pertanyaan mengapa dia berlari, apakah dia seorang penulis yang masa mudanya seorang atlet, hobinya lari, atau berlari sebagai terapi karena kondisi kesehatan? 


Haruki mengungkapkan alasannya berlari adalah karena ingin memperbaiki dan menjaga kebugaran demi menunjang aktivitas kepenulisannya. Dia juga perlu menceritakan awal mula dia memulai dunia sastra, tepatnya menulis fiksi baik cerpen dan novel. 

Peraih penghargaan World Fantasy Award dan Jerusalem Prize ini memilih jenis olahraga lari karena sederhana, tak membutuhkan banyak alat seperti jika bersepeda, dan tak perlu tempat khusus ala renang (hal. 41). 

Selain bercerita tentang pengalamannya berlatih lari, menjajal trek di belahan dunia dan mengikuti puluhan ajang lomba lari seperti jalur legendaris Marathon-Athena, Hawaii, Boston Marathon, New York Marathon dan event lari di Jepang dan lain-lain, Haruki juga menuliskan apa yang ia pikirkan, bayangkan, renungkan dan khayalannya saat berlari. 

Di jalur lari tepian sungai Charles, Boston, misalnya, ketika dia disalip para mahasiswi muda yang juga tengah joging, Haruki yang kalau itu sudah berusia 66 tahun tiba-tiba terkesiap oleh pikirannya sendiri yang tiba-tiba muncul bahwa suatu generasi akan diambil alih oleh generasi berikutnya (hal. 106). Dan, itu hal yang tak mungkin dihindari, tiap masa ada generasi dan setiap generasi punya masanya. 

Ketika berlari pun, Haruki juga mengakui pikiran-pikiran tentang penulisan novel juga muncul di benaknya. Menurutnya menulis membutuhkan vitalitas dan tenaga demi aktivitas berkarya yang kontinyu tersebut. 

Secara eksplisit pada halaman 109 dia menegaskan, "... jika aku ingin menulis karya dalam skala besar, aku harus meningkatkan kekuatan dan staminaku." Tentu dia juga tak lupa menggarisbawahi bahwa itu bukan satu-satunya cara yang benar untuk dilakukan oleh para penulis. Ya, Haruki berupaya tidak 'saklek' dan mengambil posisi untuk tetap rendah hati. 

Haruki yang mulai menggeluti dunia penulisan di usia 29 dan mulai berlari di umur 33 tahun, juga berkisah tentang beragam perasaan dan efek fisik saat berlari serta berlomba. Pada suatu saat dia merasakan bagaimana sejatinya kita lebih baik memikirkan hal-hal yang telah dimiliki alih-alih mengeluh karena menurutnya memikirkan kekurangan bakal tak ada habisnya. 

Tentang alur tuturannya di memoar ini, ternyata tidak melulu berurutan secara kronologis. Haruki memang mengawalinya dengan bercerita bak perjalanan karier termasuk membuka kedai minum yang menghadirkan live music beraliran jazz, menikah dan akhirnya mulai menulis.

Tetapi, untuk kisah larinya kadang meloncat dari satu event dan pengalaman lari di suatu tempat ke tempat lain. Dari segi urutan waktu, juga kadang mundur. Misalnya dia lagi berkisah tentang pengalaman lari pada tahun 2005, kemudian menceritakan kesempatan berlarinya pada 1980 atau 1990an. 

Sedikit membantu Anda, untuk memudahkan membayangkan secara kronologis: 
- 1982, Haruki jatuh cinta pada lari dan mulai berlatih. Usianya saat itu 33 tahun. 
- 1983, dia mengikuti lomba lari pertamanya di kategori 5K alias 5 kilometer. 
- Mei 1983, dia turut dalam lomba 15K. 
- Juni 1983 menjajal kemampuannya dengan berlari mengelilingi istana kaisar di Tokyo 7 putaran sehingga jarak totalnya 35K. Ini bukan lomba, Haruki berlari sendiri (hal. 49) - Juli 1983 atau sekitar satu bulan setelahnya, dia berlari maraton sejauh 42K untuk pertama kalinya, di Yunani (hal 66).

Rutenya ialah dari Athena ke Maraton, ini rute dari kebalikan maraton tahunan yang merupakan jalur napak tilas Pheidippides, tentara Yunani yang berlari dari Marathon ke Athena untuk mengabarkan kemenangan pasukan Yunani atas Persia. Dia berlari sendirian dan bukan dalam rangka lomba. 

- Desember 1983, penulis novel Norwegian Wood ini mengikuti event resmi marathon pertamanya yaitu di Honolulu, Hawaii. Artinya, saat itu usianya di akhir 33 tahun dan masih dalam rentang satu tahun, atau paling tidak, tak sampai 2 tahun sejak dia mulai berlatih lari. 

Setelah itu tak terhitung lagi dia berlari baik berlatih, lari sendirian, berlomba pada beragam kategori jarak, termasuk maraton bahkan triatlon. 

KOREKSI UNTUK EDITOR/PENYUNTING 
Saya juga perlu menyinggung perihal ajang resmi maraton pertama yang dia ikuti seperti tersebut di atas, sekaligus menjadi koreksi atau pelurusan atas narasi pada halaman kulit belakang buku ini. 

Di back cover, mungkin oleh editor atau penyunting dari Bentang, ditulis: “... Pada akhirnya, Murakami memutuskan untuk ikut dalam maraton di Kota New York tahun 2005.” Tulisan ini dapat menimbulkan persepsi bahwa pengalaman berlari maraton atau lomba maraton yang diikuti Haruki adalah tahun 2005 di New York saat dia berumur 55-56 tahun. 

Padahal, dia berlari 42K pertama kali ialah pada Juli 1983 ketika berusia 33-34 tahun dan mengikuti lomba atau event RESMI maraton pada Desember 1983. Jarak yang teramat jauh jika dibandingkan narasi back cover. 

Saya menduga, penulis back cover menuliskan narasi tersebut keliru memahami atau bisa juga kurang seksama membaca bab 3 (hal. 57). Biang keladi kesalahpahaman ini, mungkin, pada judul bab yaitu “September 2005 ... “ dengan subjudul “Kali pertama berlari 42 km...” dan di dalam artikelnya memang menyebut agenda Haruki yang ingin mengikuti Maraton New York. 

Seperti diburu deadline, penulis back cover begitu saja menyimpulkan bahwa ajang maraton pertamanya Haruki adalah di New York, pada 2005 hehehe. 

Seandainya saja lebih berhati-hati dan tekun menyimak bab tersebut, sebenarnya maksud dari sub judul “Kali pertama berlari 42 km...” ialah mengisahkan pengalaman berlarinya di Athena yang jaraknya mencapai 42K (setara maraton) pada bulan Juli 1983, seperti diceritakannya pada halaman 66. 

KONEKSI IMAJINER 
Pada kesempatan yang lain, kala berlomba bersama ribuan peserta lainnya, Haruki menuturkan adanya koneksi atau ikatan imajiner antarpelari meskipun tak saling kenal. Ia sengaja tak menggunakan diksi rasa "solidaritas" melainkan perasaan hangat (hal. 181) 

Ikatan imajiner itu pula yang saya rasakan saat berlari di manapun. Bahkan saat tidak berlari, seperti sedang mengendarai sepeda motor atau mobil lalu berpapasan dengan seorang pelari, ada dorongan untuk menyapa, menyemangati dan bahkan iri, jealousy hehehe. Anda boleh tertawa tapi untuk memahaminya, Anda harus menjadi pelari. Only runner will understand :D 

Lagi-lagi seolah-olah ingin menjawab penasaran di benak para "bukan-pelari", misalnya mengapa ikut dalam event lari padahal level kecepatan jauh di bawah para atlet, atau mengapa masih berlari saat usia sudah bertambah, Haruki menukas dengan tegas bahwa “... waktu, peringkat dan penampilan luar adalah nomor dua" (hal. 191). 

Dia juga berupaya keras menyeimbangkan antara berlatih, berlomba dan menulis. Karena, tujuannya berolahraga demi mempertahankan kebugaran agar mampu terus menulis novel. Aku berlari maka aku ada, tegas Haruki di ujung alinea kedua pada halaman 126. 

*** 

Membaca buku yang ditulisnya di rentang 2005-2006 ini, saya banyak menemukan hal-hal baik perasaan, pikiran dan pengalaman yang sama. 

Seperti antusiasme yang membuncah ketika berada di antara ratusan-ribuan peserta lomba -saya menyebutnya euforia-, suasana hiruk pikuk di garis start, dan tak jarang disergap kesunyian melankolik saat berlari sendirian pada sesi latihan lari jarak jauh, ketika hanya ada suara kaki berderap bergantian dan siulan angin menyisir pelipis membelai daun telinga serta pikiran-pikiran optimistis yang tiba-tiba menyeruak tentang banyak hal. 

Oiya, jika Anda seorang pelari, membaca buku ini akan terasa menyenangkan karena berada dalam satu ‘orbit’ atau ‘frekwensi’ yang sama dengan sang penulis. Paling tidak, itu yang saya rasakan :)

Bagaimana bagi pembaca yang bukan pelari, yeahhh kemungkinan (besar) bakal terprovokasi untuk mengikat tali sepatu dan mengenakan kaos training pagi-pagi esok hari :D 

Salam mari lari! 

Link artikel yang sama di catatan Facebook saya: https://www.facebook.com/inung.gunarba/posts/10154879654891342
Viewing all 393 articles
Browse latest View live